logo
Home
/
Blog
/
gofood
/
Dampak Positif GoFood: Leo Candra Memberdayakan Kampung Halaman
Dampak Positif GoFood: Leo Candra Memberdayakan Kampung Halaman
gofood / 24 Feb 2024

Di depan ratusan mahasiswa kampus negeri ibukota Leo Candra duduk sambil menggenggam dua tangannya yang dingin berkeringat. Ia menunggu giliran bicara di depan ratusan mahasiswa ekonomi yang hadir di aula hari itu. Seorang dosen mendekat, bertanya kepada masing-masing pembicara seminar bisnis yang duduk di atas podium.

“Mas-Mas pada kuliah di mana saja?” tanya dosen tersebut pada masing-masing pembicara, termasuk Leo. Pertanyaan tersebut hanya dijawab singkat oleh Leo, “Saya nggak pernah kuliah Bu,”

Jawaban Leo langsung disusul gemuruh tepuk tangan peserta seminar bisnis hari itu. Jangankan pernah mengenyam pendidikan di kampus ternama dan memberikan kuliah soal bisnis. Leo Candra sepuluh tahun yang lalu mungkin tak pernah membayangkan bahwa dirinya akan menjadi seorang pebisnis kuliner apalagi hingga berskala nasional.

Tidak pernah ada yang menyangka bahwa Leo beberapa tahun kemudian adalah seorang pengusaha kuliner jajanan lokal dengan hampir 100 cabang waralaba di seluruh Indonesia. Bersama dengan brand Bakso Aci Juara yang dibangunnya dari nol. Ia berhasil menjadi bukti nyata bahwa hasil nggak pernah berkhianat pada mereka yang mau usaha dan percaya bahwa pasti ada jalan.

Jalan itu mulai terlihat terang pada 2014. Saat ia memberanikan diri membangun usaha kuliner kaki lima pertamanya, Seblak Berto di daerah Mangga Besar, Jakarta Barat. Cerita Leo berawal jauh dari daerah asalnya di Cisarua, Bogor. Lulus SMA, Leo memutuskan untuk menghidupi dirinya dengan menjadi sopir angkot. Nasib berkata lain, ia terpaksa menjual angkotnya dan hidup menganggur selama beberapa tahun sambil sesekali kerja serabutan menjadi pedagang kredit keliling.

“Dulu prinsipnya yang penting gue menghasilkan duit, gue bisa bertahan, merantau ke kota. Kalau kerja udah nggak mungkin, udah tatoan apalagi dulu pakai piercing, ijazah SMA, pengalaman nggak ada. Wah susah banget,” ujarnya.

Beberapa tahun kemudian, Leo mulai belajar sendiri secara otodidak mengenai potensi bisnis waralaba. Ia memulainya dengan membeli sebuah merk waralaba produk jajanan minuman. Ia mulai merasa bahwa bisnis waralaba adalah hal yang cocok baginya. Ia kemudian mengambangkan waralaba pertamanya, Kedai Mas Berto yang kemudian berkembang menjadi Bakso Aci Juara.

“Saya belajar bikin profil, cashflow, terus bikin paket. Semua sendiri. Dari yang awalnya coba akhirnya saya makin serius dengan bikin workshop. Jadi sekarang saya aja jadi bisa bikin supply chain management, organisasi sendiri,”

Pengusaha yang kini 29 tahun ini adalah orang di balik kesuksesan brand jajanan Bakso Aci Juara, merk dagang jajanan lokal yang kini sudah mendirikan 100 cabang di seluruh Indonesia melalui sistem waralabanya. Tidak cuma sukses mendirikan waralaba, berkat kesuksesannya ia berhasil mengajak orang-orang di daerah asalnya untuk bekerja bersama di perusahaannya hingga mereka sanggup kembali bersekolah dan mengumpulkan kemampuan marketing yang ia ajarkan. Tidak cuma itu, Leo bertekad bahwa kesuksesannya harus kembali ke kampung halamannya.

“Di kampung itu kami sering bikin seminar. Karena banyak yang jualan cilok, cilung tapi mereka nggak tahu caranya nge-branding. Balik lagi, ilmunya memang buat dibagiin di kampung. Ilmu yang bermanfaat itu kan keuntungan yang paling long-term ya.

Di tahun yang sama, layanan GoFood sedang menanjak pesat. Di awal perjalanan usahanya, Leo enggan mendaftarkan diri menjadi mitra GoFood lantaran seblak Berto yang dikembangkannya punya pelayanan pesan antar makanan, yang saat itu mengandalkan tiga kurir dan menjadi salah satu kekuatan penjualan seblak Berto. Ia bercerita saat itu pikirannya belum terbuka dengan membaca peluang yang ditawarkan aplikasi.

“Akhirnya mindset saya terbuka, dan mau bergabung dengan GoFood” kata Leo. “Saya berterima kasih banget sama Gojek dan Gofood. Titik terang saya mulai dari Gojek di 2017.”

Sejak bergabung menjadi mitra GoFood, omzet penjualannya makin meledak. Omzet awal Kedai Berto yang awalnya hanya 1,5 juta per hari pada 2017 melesat menjadi 5 juta sehari setelah bermitra dengan GoFood. Hingga akhirnya Leo berhasil mendirikan warung bakso aci Juara pertaman ya di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Nggak main-main, warung bakso Aci Juara milik Leo seringkali jadi bahan protes para driver. Lantaran pemesanan yang luar biasa banyak dan menggila.

“Yang ordernya dulu itu sampai dari Tangerang, Salemba, Matraman, Jatinegara. Itu nggak masuk akal sampai 24 kilometer kalau nggak salah,” kata Leo. “Dulu driver Gojek sampai pada nanya ‘ini makanan apaan kok yang mesen jauh-jauh banget’. Itu sehari bisa 100 driver dulu.”

Sebagai putra daerah Sunda, Leo punya tekad kuat untuk melestarikan jajanan khas dari daerahnya. Dimulai dengan Bakso Aci, kini Leo berencana mengeluarkan produk baru yang semuanya merupakan produk jajanan lokal khas Sunda. Kita semua tahu, jajanan lokal umumnya hanya laku dan bertahan di pinggir jalan atau di sekolah-sekolah dasar. Leo punya misi lain membawa jajanan khas Sunda ke seantero Nusantara.

“Sekarang kan makanan banyak dari Korea, Thailand, nah kenapa makanan Indonesia nggak? Makanya kita buktiin bakso aci bisa masuk mall,” ujar Leo. “Jadi ya nggak aneh sekarang lihat orang makan makan cilok, makan cireng, tutut di mall apalagi ada GoFood Festival,”

Meskipun jajanan lokal kini bisa dinikmati di seantero Indonesia, upaya Leo memperkenalkannya tentu saja jauh dari kata mudah. Leo harus menyesuaikan rasa jajanan khasnya di tiap-tiap kota. Leo bercerita, bakso aci yang dijual di Yogyakarta tentu punya rasa yang lebih manis dibandingkan bakso aci yang dijual di Bandung dengan rasa kencur yang lebih pekat. Di Bali dan Medan misalnya, daging ayam akan menjadi lebih diminati dibandingkan dengan daging sapi.

Rahasia di atas Leo bagi-bagikan ke teman-temannya yang ia ajak bergabung dengan usahanya. Beberapa diantaranya tidak hanya mendapat kesempatan untuk bersekolah lagi. Ada yang malah didaftarkan sertifikasi waralaba sendiri hingga akhirnya menjadi salah satu kompetitor terkuat bakso aci. Hebatnya, Leo tidak pernah khawatir.

“Teman saya pun ada yang buka brand lain dan saya ajari dan itu nggak masalah,” kata Leo. “Akhirnya sekarang bikin komunitas, dan market share berbagi soal informasi soal marketing. Persaingan sehat. Sumpah kita udah nggak merasa ada yang harus dilawan malahan kita enak banget. 

Di samping membangun komunitasnya sendiri. Leo masih punya banyak mimpi besar dengan membawa produknya ke bisnis retail bahkan membangun sekolah sepakbola dan persatuan bulutangkis. 

“Saya sendiri juga dari mimpi dan harapan,” kata Leo. “Saya ingin membagikan lebih banyak lagi manfaat. Ilmu yang bermanfaat itu kan keuntungan yang nggak terhitung nilainya,”