logo
Home
/
Blog
/
gofood
/
Dampak Positif GoFood: Pamungkas, Raja Bebek Ibukota
Dampak Positif GoFood: Pamungkas, Raja Bebek Ibukota
gofood / 24 Feb 2024

Pernah menjadi seorang koki di sebuah restoran besar di Jakarta selama empat tahun. Pamungkas, memutuskan berhenti dan pulang ke kampung halaman. Di Tegal, ia beralih profesi menjadi seorang peternak bebek dan ayam.

Ada alasan kuat mengapa ia harus kembali ke kota kecil tempat ia dibesarkan. “Saya banyak mendapat keluhan dari peternak bebek dan ayam di kampung. Mereka bingung saat musim panen tiba,” ungkap Pamungkas. “Mereka bingung harus kemana memasarkan hasil ternaknya.”

Mendengar keluhan teman-teman peternak, Pamungkas mengatur strategi pemasaran hasil ternak bebek dan ayam tersebut. Ia mulai menyuplai ke restoran di Jabodetabek, rumah makan, hingga pedagang kaki lima.

Hasil kerja Pamungkas perlahan berbuah manis. Meskipun, di tengah menikmati hasil kerja kerasnya ia pun diterpa masalah baru. Para restoran maupun rumah makan yang biasa ia suplai tidak menerima ukuran daging bebek di bawah satu kilo.

“Dari sana mulai bingung harus dipasok kemana daging bebek yang ukurannya di bawah satu kilo? Gimana nasibnya? Kan mubazir,” kata Pamungkas.

Hari demi hari ia memutar otak mencari cara agar menjelang panen tiba bebek-bebek kecil ini bisa laris terjual.

Tanpa berpikir panjang lagi, Pamungkas akhirnya mengambil alih ini semua. Ia memutuskan untuk mengolah daging bebek berukuran kecil tersebut. Awalnya ia melihat banyak warung makan kecil bisa laris manis dengan pengantaran makan online. Sebagai mantan koki Pamungkas merasa tertantang untuk bisa memajukan usaha barunya ini. Dari pemikiran sederhana itu Pamungkas mantap menjalankan usaha kuliner. Karena menu utamanya adalah bebek dan ayam maka diberilah nama Raja Bebek dan Ayam.

“Saya enggak bingung mikirin tempat, di gang kecil sekalipun bisa jualan. Ditambah enggak pusing mikirin pemasarannya serahin aja semuanya sama GoFood,” ungkapnya.

Setelah berjalan selama dua tahun, Raja Bebek dan Ayam kini telah memiliki 9 outlet yang tersebar di beberapa wilayah di Jakarta. Melalui tangan dinginnya dalam sehari ia bisa meraup untung lumayan fantastis untuk keseluruhan outletnya.

Di balik kesuksesannya kini, Pamungkas mengakui semua ini tak terlepas dari tim kerja yang selalu membantunya. Kembali ke awal mendirikan usaha kuliner karena melihat di kampung halaman banyak anak putus sekolah, ada juga anak yatim, keterampilan yang kurang, sehingga ia mengajaknya untuk terlibat dalam usahanya.

“Tujuan awal usaha biar bisa bermanfaat buat orang banyak. Di kampung banyak yang enggak punya ijazah, anak putus sekolah. Dari situ saya bertekad ingin mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik lagi” ujar Pamungkas.

Menurutnya bermanfaat untuk orang banyak adalah hal yang bisa membuat dirinya untuk bisa mensyukuri atas apa yang dimilikinya kini. Ia yakin rezeki tidak akan tertukar, karenanya ia mempunyai target untuk para karyawannya. Dengan ilmu yang sekarang ini sudah diajarkan, ia ingin suatu ketika karyawannya bisa membuka usaha sendiri. Bagaimana caranya?

“Saya mau ke depannya mereka mandiri, nanti kita bermitra bahan pokoknya dari sini. Intinya mau serius bekerja. Di sini ilmu enggak ada yang saya tutup-tutupin, semua diajarin, resep pun enggak ada yang rahasia. Menurut saya ini justru menguntungkan, selain kasih ilmu saya pun dapat pahala,” ungkapnya.

Tidak ada rasa tersaingi dalam diri Pamungkas, ia hanya ingin karyawannya bisa mandiri setelah bergabung bekerja di tempatnya.

Sekarang, dalam sehari Pak Pamungkas bisa menjual 1000 potong bebek dan ayam dari keseluruhan outlet

Satu hal yang menjadi prinsip Pamungkas dan hingga kini terus ia pegang erat-erat adalah “Pokoknya sukses harus ngajak-ngajak!” ujarnya dengan mantap!